Selasa, 01 Oktober 2013
Belajar Membaca Al-Qur'an dengan Tajwid
Dalam membaca Al-Quran agar dapat mempelajari, membaca dan
memahami isi dan makna dari tiap ayat Al-Quran yang kita baca, tentunya kita
perlu mengenal, mempelajari ilmu tajwid yakni tanda-tanda baca dalam tiap huruf
ayat Al-Quran. Guna tajwid ialah sebagai alat untuk mempermudah, mengetahui
panjang pendek, melafazkan dan hukum dalam membaca Al-Quran.
Tajwīd (تجويد)
secara harfiah mengandung arti melakukan sesuatu dengan elok dan indah atau
bagus dan membaguskan, tajwid berasal dari kata ” Jawwada ” (جوّد-يجوّد-تجويدا)
dalam bahasa Arab. Dalam ilmu Qiraah, tajwid berarti mengeluarkan huruf dari
tempatnya dengan memberikan sifat-sifat yang dimilikinya. Jadi ilmu tajwid
adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara melafazkan atau mengucapkan
huruf-huruf yang terdapat dalam kitab suci Al-Quran maupun Hadist dan lainnya.
Dalam ilmu tajwid dikenal beberapa istilah yang harus
diperhatikan dan diketahui dalam pembacaan Al-Quran, diantaranya :
a. Makharijul huruf, yakni tempat keluar masuknya huruf
b. Shifatul huruf, yakni cara melafalkan atau mengucapkan
huruf
c. Ahkamul huruf, yakni hubungan antara huruf
d. Ahkamul maddi wal qasr, yakni panjang dan pendeknya dalam
melafazkan ucapan dalam tiap ayat Al-Quran
e. Ahkamul waqaf wal ibtida’, yakni mengetahui huruf yang
harus mulai dibaca dan berhenti pada bacaan bila ada tanda huruf tajwid
f. dan Al-Khat dan Al-Utsmani
Arti lainnya dari ilmu tajwid adalah melafazkan, membunyikan
dan menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan sempurna dari tiap-tiap bacaan dalam
ayat Al-Quran. Menurut para Ulama besar menyatakan bahwa hukum bagi seseorang
yang mempelajari tajwid adalah Fardhu Kifayah, yakni dengan mengamalkan ilmu
tajwd ketika memabaca Al-Quran dan Fardhu ‘Ain atau wajib hukumnya baik
laki-laki atau perempuan yang mu’allaf atau seseorang yang baru masuk dan
mempelajari Islam dan KitabNya.
Mengenal, mempelajari dan mengamalkan ilmu tajwid berserta
pemahaman akan ilmu tajwid itu sendiri merupakan hukum wajib suatu ilmu yang
harus dipelajari, untuk menghindari kesalahan dalam membaca ayat suci Al-Quran
dan melafazkannya dengan baik dan benar sehingga tiap ayat-ayat yang dilantunkan
terdengar indah dan sempurna.
Berikut ini ada dalil atau pernyataan shahih dari Allah SWT
yang mewajibkan setiap HambaNya untuk membaca Al-Quran dengan memahami tajwid,
diantaranya :
1. Dalil pertama di ambil dari Al-Quran. Allah SWT berfirman
dalam ayatNya yang artinya “Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan/tartil
(bertajwid)”[QS:Al-Muzzammil (73): 4]. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa Allah
SWT memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca Al-Quran yang diturunkan
kepadanya dengan tartil, yaitu memperindah pengucapan setiap huruf-hurufnya
(bertajwid).
2. Dalil kedua diambil dari As-Sunnah ( Hadist ) yang
diriwayatkan oleh Ummu Salamah r.a.(istri Nabi Muhammad SAW), ketika beliau
ditanya tentang bagaimana bacaan Al-Quran dan sholat Rasulullah SAW, maka
beliau menjawab: ”Ketahuilah bahwa Baginda S.A.W. Sholat kemudian tidur yang
lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi, kemudian Baginda kembali sholat
yang lamanya sama seperti ketika beliau tidur tadi, kemudian tidur lagi yang
lamanya sama seperti ketika beliau sholat tadi hingga menjelang shubuh.
Kemudian dia (Ummu Salamah) mencontohkan cara bacaan Rasulullah S.A.W. dengan
menunjukkan (satu) bacaan yang menjelaskan (ucapan) huruf-hurufnya satu
persatu.” (Hadits 2847 Jamik At-Tirmizi).
3. Dalil ketiga diambil dari Ijma atau pendapat para ulama
besar Islam. Yakni kesepakatan para ulama yang dilihat dari zaman Rasulullah
SAW hingga sampai saat ini, yang menyatakan bahwa membaca Al-Quran dengan
ber-Tajwid merupakan hukum atau sesuatu yang fardhu dan wajib.
Hukum-hukum dalam tajwid beserta komponen ilmu tajwid yang
harus dikenal dipelajari, dipahami serta diamalkan dalam membaca Al-Quran,
antara lain :
1. Hukum Ta’awuz dan Basmalah
Isti’azah atau taawuz adalah melafazkan atau membunyikannya
: “A’uzubillahi minasy syaitaanir rajiim” (ﺍﻋﻮﺬ
ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﻥ ﺍﻟﺮﺟﻴﻢ)
cara melafazkan basmalah adalah bunyinya:
“Bismillahir rahmaanir rahiim” (ﺑﺴﻢ ﺍﻟﻠﻪ
ﺍﻟﺮﺤﻤﻦ ﺍﻟﺮﺤﻴﻢ).
Terdapat 4 cara membaca iati’azah, basmalah dan surat :
a. memutuskan isti’azah (berhenti) kemudian baru membaca
basmalah,
b. menyambungkan basmalah dengan surah tanpa berhenti,
c. membaca isti’azah dan basmalah terus-menerus tanpa henti,
d. membaca isti’azah, basmalah dan awal surat terus-menerus
tanpa berhenti.
Terdapat 4 cara membaca basmalah di antara dua surat.
Membaca basmalah adalah tanda awal dimulai suatu bacaan dalam surat Al-Quran.
Guna dari membaca basmalah suatu keharusan dengan tujuan :
a. Basmalah sebagai pemisah dengan surat Al-Quran yang lain
b. Sebagai penghubung dengan awal surat Al-Quran
c. Sebagai penghubung dari kesemua surat Al-Quran
d. Menghubungkan akhir surat dengan basamalah, lalu
berhenti. Namun basamalah tidak selalu menjadi surat awal yang harus terus
dibaca untuk melanjutkan surat berikutnya. Walau bagaimana pun, tidak harus
membaca demikian karena dikhawatirkan ada yang mengganggap basmalah merupakan
salah satu ayat daripada surat yang sebelumnya.
Dalam ilmu tajwid juga dikenal ada 9 hukum bacaan yang
isinya menjelaskan bagian-bagian tanda baca dan cara melafazkannya atau
pengucapannya, antara lain :
A. Hukum nun mati dan tanwin, terdiri dari :
Contoh : ayat diatas merupakan surat Al-Quran ( QS:
Al-Baqarah ayat 145 ), huruf yang diberi warna (merah : izhar halqi), (hijau :
idgham), ( biru : ikhfa haqiqi), ( ungu : iqlab).
1. Izhar Halqi
Izhar halqi bila bertemu dengan huruf izhar maka cara
melafazkan atau mengucapkannya harus “jelas” Jika nun mati atau tanwin bertemu
huruf-huruf Halqi (tenggorokan) seperti: alif/hamzah(ء), ha’ (ح),
kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), dan ha’ (ﮬ). Izhar Halqi yang artinya
dibaca jelas.
Contoh : نَارٌ
حَامِيَةٌ
2. Idgham
Hukum bacaan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti: mim (م), nun (ن), wau (و), dan ya’ (ي), maka ia harus dibaca lebur
dengan dengung.
Contoh: فِيْ
عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ harus dibaca Fī ʿamadim mumaddadah.
3. Idgham Bilaghunnah
Jika nun mati atau tanwin bertemu huruf-huruf seperti ra’ (ر) dan lam (ل), maka ia harus dibaca lebur
tanpa dengung.
Contoh: مَنْ
لَمْ harus dibaca Mal lam
Pengecualian
Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan keenam huruf idgam
tersebut tetapi ditemukan dalam satu kata, seperti بُنْيَانٌ, اَدُّنْيَا,
قِنْوَانٌ, dan صِنْوَانٌ, maka nun mati atau
tanwin tersebut dibaca jelas.
4. Iqlab
Hukum ini terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu
dengan huruf ba’ (ب).
Dalam bacaan ini, bacaan nun mati atau tanwin berbah menjadi bunyi mim (م).
Contoh: لَيُنۢبَذَنَّ
harus dibaca Layumbażanna
5. Ikhfa’ haqiqi
Jika nan mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti
ta’(ت), tha’ (ث), jim (ج), dal (د), dzal (ذ), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), fa’ (ف), qof (ق), dan kaf (ك), maka ia harus dibaca
samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
Contoh: نَقْعًا
فَوَسَطْنَ
B. Hukum mim mati
Selain hukum nun mati dan tanwin adapula hukum lainnya dalam
mempelajari dan membaca Al-Quran yakni Hukum mim mati, yang disebut hukum mim
mati jika bertemu dengan huruf mim mati (مْ)
yang bertemu dengan huruf-huruf arab tertentu.
Contoh bacaan diatas diambil dari (QS: Al-Mu’minun :55-59)
yang diberi tanda warna (biru : ikhfa
syafawi), ( merah : idgham mimi), (hijau : izhar syafawi).
Hukum mim mati memiliki 3 jenis, yang diantaranya adalah :
1. Ikhfa Syafawi (ﺇﺧﻔﺎﺀ
ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila mim mati (مْ)
bertemu dengan ba (ب),
maka cara membacanya harus dibunyikan samar-samar di bibir dan dibaca
didengungkan.
Contoh: (فَاحْكُم
بَيْنَهُم) (تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ) (وَكَلْبُهُم بَاسِطٌ)
2. Idgham Mimi ( إدغام
ميمى)
Apabila mim mati (مْ)
bertemu dengan mim (م),
maka cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasyidkan
dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi disebut juga idgham mislain atau
mutamasilain.
Contoh : (أَم
مَنْ) (كَمْ مِن فِئَةٍ)
3. Izhar Syafawi (ﺇﻇﻬﺎﺭ
ﺷﻔﻮﻱ)
Apabila mim mati (مْ)
bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah selain huruf mim (مْ) dan ba (ب), maka cara membacanya dengan
jelas di bibir dan mulut tertutup.
Contoh: (لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ) (تَمْسُونَ)
C. Hukum mim dan nun tasydid
Hukum mim dan nun tasydid juga disebut sebagai wajib
al-ghunnah (ﻭﺍﺟﺐ ﺍﻟﻐﻨﻪ) yang bermakna bahwa
pembaca wajib untuk mendengungkan bacaan. Maka jelaslah yang bacaan bagi
kedua-duanya adalah didengungkan. Hukum ini berlaku bagi setiap huruf mim dan
nun yang memiliki tanda syadda atau bertasydid (ﻡّ
dan نّ).
Contoh: ﻣِﻦَ
ﺍﻟْﺠِﻨﱠﺔ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺎﺱِ
D. Hukum alif lam ma’rifah
Alif lam ma’rifah adalah dua huruf yang ditambah pada
pangkal atau awal dari kata yang bermakna nama atau isim. Terdapat dua jenis
alif lam ma’rifah yaitu qamariah dan syamsiah.
- Alif lam qamariah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf
hijaiah, seperti: alif/hamzah(ء),
ba’ (ب), jim (ج), ha’ (ح), kha’ (خ), ‘ain (ع), ghain (غ), fa’ (ف), qaf (ق), kaf (ك), mim (م), wau (و), ha’ (ﮬ) dan ya’ (ي). Hukum alif lam qamariah
diambil dari bahasa arab yaitu al-qamar (ﺍﻟﻘﻤﺮ)
yang artinya adalah bulan. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini adalah
dibacakan secara jelas tanpa meleburkan bacaannya.
- Alif lam syamsiah ialah lam yang diikuti oleh 14 huruf
hijaiah seperti: ta’ (ت),
tha’ (ث), dal (د), dzal (ذ), ra’ (ر), zai (ز), sin (س), syin (ش), sod (ص), dhod (ض), tho (ط), zho (ظ), lam (ل) dan nun (ن). Nama asy-syamsiah diambil
dari bahasa Arab (ﺍﻟﺸﻤﺴﻴﻪ)
yang artinya adalah matahari. Maka dari itu, cara membaca alif lam ini tidak
dibacakan melainkan dileburkan kepada huruf setelahnya.
E. Hukum idgham
Idgham (ﺇﺩﻏﺎﻡ)
adalah berpadu atau bercampur antara dua huruf atau memasukkan satu huruf ke
dalam huruf yang lain. Maka dari itu, bacaan idgham harus dilafazkan dengan
cara meleburkan suatu huruf kepada huruf setelahnya. Terdapat tiga jenis
idgham:
- Idgham mutamathilain (ﺇﺩﻏﺎﻡ
ﻣﺘﻤﺎﺛﻠﻴﻦ – yang serupa)
ialah pertemuan antara dua huruf yang sama sifat dan makhrajnya (tempat
keluarnya) dal bertemu dal dan sebagainya. Hukum adalah wajib diidghamkan.
Contoh: ﻗَﺪ ﺩَﺨَﻠُﻮاْ.
- Idgham mutaqaribain (ﺇﺩﻏﺎﻡ
ﻣﺘﻘﺎﺭﺑﻴﻦ – yang hampir)
ialah pertemuan dua huruf yang sifat dan makhrajnya hampir sama, seperti ba’
bertemu mim, qaf bertemu kaf dan tha’ bertemu dzal. Contoh: ﻧَﺨْﻠُﻘڪُﻢْ
- Idgham mutajanisain (ﺇﺩﻏﺎﻡ
ﻣﺘﺠﺎﻧﺴﻴﻦ – yang sejenis)
ialah pertemuan antara dua huruf yang sama makhrajnya tetapi tidak sama
sifatnya seperti ta’ dan tha, lam dan ra’ serta dzal dan zha. Contoh: ﻗُﻞ ﺭَﺏﱢ
F. Hukum mad
Mad yang artinya yaitu melanjutkan atau melebihkan. Dari
segi istilah Ulama tajwid dan ahli bacaan, mad bermakna memanjangkan suara
dengan lanjutan menurut kedudukan salah satu dari huruf mad. Terdapat dua
bagian mad, yaitu mad asli dan mad far’i. Terdapat tiga huruf mad yaitu alif,
wau, dan ya’ dan huruf tersebut haruslah berbaris mati atau saktah. Panjang
pendeknya bacaan mad diukur dengan menggunakan harakat.
G. Hukum ra’
Hukum ra’ adalah hukum bagaimana membunyikan huruf ra’ dalam
bacaan. Terdapat tiga cara yaitu kasar atau tebal, halus atau tipis, atau harus
dikasarkan dan ditipiskan.
* Bacaan ra’ harus dikasarkan apabila:
1. Setiap ra’ yang berharakat atas atau fathah.
Contoh: ﺭَﺑﱢﻨَﺎ
2. Setiap ra’ yang berbaris mati atau berharakat sukun dan
huruf sebelumnya berbaris atas atau fathah.
Contoh: ﻭَﺍﻻَﺭْﺽ
3. Ra’ berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah
atau kasrah.
Contoh: ٱﺭْﺟِﻌُﻮْﺍ
4. Ra’ berbaris mati dan sebelumnya huruf yang berbaris
bawah atau kasrah tetapi ra’ tadi berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﻣِﺮْﺻَﺎﺪ
* Bacaan ra’ yang ditipiskan adalah apabila:
1. Setiap ra’ yang berbaris bawah atau kasrah.
Contoh: ﺭِﺟَﺎﻝٌ
2. Setiap ra’ yang sebelumnya terdapat mad lain
Contoh: ﺧَﻴْﺮٌ
3. Ra’ mati yang sebelumnya juga huruf berbaris bawah atau
kasrah tetapi tidak berjumpa dengan huruf isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻋَﻮﻦَ
* Bacaan ra’ yang harus dikasarkan dan ditipiskan adalah
apabila setiap ra’ yang berbaris mati yang huruf sebelumnya berbaris bawah dan
kemudian berjumpa dengan salah satu huruf isti’la’.
Contoh: ﻓِﺮْﻕ
Isti’la’ (ﺍﺳﺘﻌﻼ
ﺀ): terdapat tujuh huruf
yaitu kha’ (خ), sod (ص), dhad (ض), tha (ط), qaf (ق), dan zha (ظ).
H. Qalqalah
Qalqalah (ﻗﻠﻘﻠﻪ)
adalah bacaan pada huruf-huruf qalqalah dengan bunyi seakan-akan berdetik atau
memantul. Huruf qalqalah ada lima yaitu qaf (ق),
tha (ط), ba’ (ب), jim (ج), dan dal (د). Qalqalah terbagi menjadi
dua jenis:
- Qalqalah kecil yaitu apabila salah satu daripada huruf
qalqalah itu berbaris mati dan baris matinya adalah asli karena harakat sukun
dan bukan karena waqaf.
Contoh: ﻴَﻄْﻤَﻌُﻮﻥَ,
ﻴَﺪْﻋُﻮﻥَ
- Qalqalah besar yaitu apabila salah satu daripada huruf
qalqalah itu dimatikan karena waqaf atau berhenti. Dalam keadaan ini, qalqalah
dilakukan apabila bacaan diwaqafkan tetapi tidak diqalqalahkan apabila bacaan
diteruskan.
Contoh: ٱﻟْﻔَﻟَﻖِ,
ﻋَﻟَﻖٍ
I. Waqaf (وقف)
Waqaf dari sudut bahasa ialah berhenti atau menahan,
manakala dari sudut istilah tajwid ialah menghentikan bacaan sejenak dengan
memutuskan suara di akhir perkataan untuk bernapas dengan niat ingin
menyambungkan kembali bacaan. Terdapat empat jenis waqaf yaitu:
- ﺗﺂﻡّ
(taamm) – waqaf sempurna – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu
bacaan yang dibaca secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau
bacaan, dan tidak mempengaruhi arti dan makna dari bacaan karena tidak memiliki
kaitan dengan bacaan atau ayat yang sebelumnya maupun yang sesudahnya
- ﻛﺎﻒ
(kaaf) – waqaf memadai – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan pada suatu bacaan
secara sempurna, tidak memutuskan di tengah-tengah ayat atau bacaan, namun ayat
tersebut masih berkaitan makna dan arti dari ayat sesudahnya
- ﺣﺴﻦ
(Hasan) – waqaf baik – yaitu mewaqafkan bacaan atau ayat tanpa mempengaruhi
makna atau arti, namun bacaan tersebut masih berkaitan dengan bacaan sesudahnya
- ﻗﺒﻴﺢ
(Qabiih) – waqaf buruk – yaitu mewaqafkan atau memberhentikan bacaan secara
tidak sempurna atau memberhentikan bacaan di tengah-tengah ayat, wakaf ini
harus dihindari karena bacaan yang diwaqafkan masih berkaitan lafaz dan
maknanya dengan bacaan yang lain.
Tanda-tanda waqaf lainnya :
1. Tanda mim ( مـ
) disebut juga dengan Waqaf Lazim. yaitu berhenti di akhir kalimat sempurna.
Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taamm (sempurna) karena wakaf terjadi setelah
kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat sesudahnya. Tanda mim
( م ), memiliki kemiripan
dengan tanda tajwid iqlab, namun sangat jauh berbeda dengan fungsi dan
maksudnya;
2. tanda tho ( ﻁ
) adalah tanda Waqaf Mutlaq dan haruslah berhenti.
3.tanda jim ( ﺝ
) adalah Waqaf Jaiz. Lebih baik berhenti seketika di sini walaupun
diperbolehkan juga untuk tidak berhenti.
4. tanda zha ( ﻇ
) bermaksud lebih baik tidak berhenti
5. tanda sad ( ﺹ
) disebut juga dengan Waqaf Murakhkhas, menunjukkan bahwa lebih baik untuk
tidak berhenti namun diperbolehkan berhenti saat darurat tanpa mengubah makna.
Perbedaan antara hukum tanda zha dan sad adalah pada fungsinya, dalam kata lain
lebih diperbolehkan berhenti pada waqaf sad
6. tanda sad-lam-ya’ ( ﺻﻠﮯ
) merupakan singkatan dari “Al-washl Awlaa” yang bermakna “wasal atau
meneruskan bacaan adalah lebih baik”, maka dari itu meneruskan bacaan tanpa
mewaqafkannya adalah lebih baik;
7. tanda qaf ( ﻕ
) merupakan singkatan dari “Qiila alayhil waqf” yang bermakna “telah dinyatakan
boleh berhenti pada wakaf sebelumnya”, maka dari itu lebih baik meneruskan
bacaan walaupun boleh diwaqafkan
8. tanda sad-lam ( ﺼﻞ
) merupakan singkatan dari “Qad yuushalu” yang bermakna “kadang kala boleh
diwasalkan”, maka dari itu lebih baik berhenti walau kadang kala boleh
diwasalkan
9. tanda Qif ( ﻗﻴﻒ
) bermaksud berhenti! yakni lebih diutamakan untuk berhenti. Tanda tersebut
biasanya muncul pada kalimat yang biasanya pembaca akan meneruskannya tanpa
berhenti
10. tanda sin ( س
) atau tanda Saktah ( ﺳﮑﺘﻪ
) menandakan berhenti seketika tanpa mengambil napas. Dengan kata lain, pembaca
haruslah berhenti seketika tanpa mengambil napas baru untuk meneruskan bacaan
11. tanda Waqfah ( ﻭﻗﻔﻪ
) bermaksud sama seperti waqaf saktah ( ﺳﮑﺘﻪ
), namun harus berhenti lebih lama tanpa mengambil napas
12. tanda Laa ( ﻻ
) bermaksud “Jangan berhenti!”. Tanda ini muncul kadang-kala pada penghujung
maupun pertengahan ayat. Jika ia muncul di pertengahan ayat, maka tidak
dibenarkan untuk berhenti dan jika berada di penghujung ayat, pembaca tersebut
boleh berhenti atau tidak
13. tanda kaf ( ﻙ
) merupakan singkatan dari “Kadzaalik” yang bermakna “serupa”. Dengan kata
lain, makna dari waqaf ini serupa dengan waqaf yang sebelumnya muncul
14. tanda bertitik tiga ( … …) yang disebut sebagai Waqaf
Muraqabah atau Waqaf Ta’anuq (Terikat). Waqaf ini akan muncul sebanyak dua kali
di mana-mana saja dan cara membacanya adalah harus berhenti di salah satu tanda
tersebut. Jika sudah berhenti pada tanda pertama, tidak perlu berhenti pada
tanda kedua dan sebaliknya.
Sebenarnya masih banyak hukum bacaan dan tanda bacaan dalam
Al-Quran bila dipelajari memerlukan waktu pemahaman yang cukup lama agar fasih
dan benar dalam membaca, melafazkan dan pengucapan harakat (panjang-pendeknya
suatu bacaan), tajwid lainnya yang harus dipelajari dan dipahami. Lebih baik
lagi apabila mempelajari kitab Iqro (kitab kecil ).
Sumber : Belajar Al-Quran dengan tartil
Artikel Terkait:
Belajar Membaca Alquran
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Ayat-Ayat Suci Al-Qur'an
Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti) jejak mereka".
(QS. AZ ZUKHRUF:22)
widget lain
(QS. AZ ZUKHRUF:22)
widget lain
0 komentar:
Posting Komentar